Mengenggak secangkir kopi layaknya menelan kepura-puraan.
Istilah apa lagi itu..
Maksud saya, penikmat kopi akan terus mencintai minuman ini meski ia terus merasakan pahit ketika cairan hitam itu mengalir melewati lidah menuju krongkongan.
Saya merasakan hal yang sama. Entah mengapa, kecintaan saya pada kopi mengalahkan efek-efek kesehatan yang pernah ia timbulkan.
Ya, sebelas tahun lalu saya pernah masuk rumah sakit karena kebanyakan minum kopi. Saat itu saya bisa minum hingga enam gelas kopi dalam sehari. Sebagai mahasiswa di Yogyakarta saya menikmati kopi di warung burjo (bubur kacang ijo).
Sejak itu saya tidak berani lagi minum kopi terlalu banyak. Saat ini saya hanya minum secangkir sehari. Lewat dari itu, jantung saya berdebar dan kadang asam lambung saya naik.
Tapi itu tidak menjadi penghalang. Karena jika saya meminumnya dalam batas normal, saya lebih sering mendapatkan manfaatnya.
Kantuk hilang, energi menanjak, dan hari menjadi semangat. Semua karena minuman yang sebenarnya pahit itu, namun saya menipu diri sendiri dan ketagihan mencium aromanya dan menyesapnya setiap pagi.
Menggiling Kopi Sendiri
Semenjak pindah ke Makassar 1,5 tahun lalu, saya mulai menggiling kopi sendiri. Saya tidak lagi membeli kopi bubuk bermerek di toko dan swalayan.
Atas rekomendasi teman saya, saya mencari biji kopi di Kopi Setia di Jalan Wahidin Sudirohusodo (dulu Jalan Irian) di Makassar.
Saya membeli biji kopi tapi tidak punya coffee grinder.
Jadi Eky, bagaimana kamu menggilingnya ?
Sebenarnya banyak cara untuk menggiling kopi jika anda tidak ingin menambah pengeluaran dengan membeli mesin penggiling kopi. Tiga di antaranya dengan menggunakan ulekan, palu, atau blender.
Saya menggunakan blender. Kebetulan saya memiliki blender hadiah pernikahan dan saya menggunakan blender kecil yang biasa digunakan untuk membuat sambal.
Sebelumnya blender itu tidak pernah digunakan untuk menggiling apapun. Jadi jika saya menggunakannya untuk menggiling kopi, saya tidak akan menyeruput kopi dengan rasa sambal.
Bagaimana cara saya menggunakan blender untuk menggiling kopi? Berikut langkah yang saya lakukan:
- Saya mengambil biji kopi dan menuangkannya hingga setengah wadah blender kecil. Takaran ini sesuai dengan petunjuk maksimal blender. Selain itu, penggilingan dengan volume setengah wadah akan lebih maksimal ketimbang jika menggunakan seluruh wadah.
- Saya memilih kekuatan blender pada angka 3-5. Lima adalah kekuatan maksimal. Semakin besar kekuatan maka semakin halus gilingan di blender. Saya pernah menggunakan kekuatan 1-2, namun sari kopi yang keluar tidak banyak karena teksturnya terlalu kasar atau bubuknya terlalu besar.
- Untuk mendapat hasil yang merata dan maksimal maka saya menggilingnya selama 1-2 menit. Di tengah penggilingan saya akan menepuk-nepuk wadah agar kopi yang menempel pada dinding wadah kembali masuk ke tengah dan tergiling.
Bagaimana hasilnya?
Hasil penggilingan menggunakan blender memang tidak sehalus jika menggunakan mesin coffee grinder. Hasilnya tidak akan maksimal jika anda membuat kopi dengan mesin espresso atau bahkan menyeduhnya secara langsung seperti membuat kopi tubruk.
Saya sendiri menikmati kopi gilingan blender tersebut menggunakan french press atau mokapot. Keduanya merupakan alat yang mampu membantu saya untuk menyesap kopi dengan besar bubuk kasar - cenderung halus. (Saya pernah mencoba menggunakannya untuk bubuk yang halus, namun hasilnya berantakan)
Ingin mengetahui detil prosesnya ? Di bawah ini merupakan video cara saya menggiling kopi menggunakan blender.
P.S : karena ini vlog pertama saya, jadi maafkan jika banyak kata eeeee yang terucap. Itu bukan salah pendengaran anda.